Jumat, 16 Desember 2011

COLIN FARRELL IN WAY BACK


WAY BACK

JALAN kaki 4000 mil (6400 km)? Siapa yang bisa? Ada dan nyata karena film ini diangkat dari memoir nyata mantan tentara Polandia. Mereka yang tangguh itu adalah para tahanan Soviet di Siberia yang tanpa rencana matang melarikan diri dari penjara menuju negara yang lepas dari cengkeraman diktator Stalin. Dari Siberia yang bersalju berlanjut melintasi Gurun Gobi yang kering sampai melintasi Pegunungan Himalaya semua dilakukan dengan jalan kaki. Dari Siberia berakhir di India, sebuah perjalanan yang amat sangat luar biasa jauh dan melelahkan tentunya. Sebagai bahan perbandingan untuk mengira-ngira seberapa jauh perjalanan itu, jarak Sabang-Merauke ujung timur dan barat Indonesia itu baru 5000 km. Jadi silahkan bayangkan sendiri bagaimana perjalanan 6400 km alias 4000 mil ini.

           Adalah Janusz tentara Polandia yang oleh Soviet dituduh menjadi mata-mata Nazi. Perang yang terjadi sebenarnya antara Jerman dan Polandia. Namun karena Polandia dikuasai Soviet, pasukan Soviet-lah yang ada di balik layar Polandia. Dengan kondisi perang, ditambah penguasa diktator ambisius menginvasi dan mempertahankan wilayah maka curiga dan fitnah menjadi hal yang lumrah. Janusz dituduh menjadi mata-mata Nazi dan dihukum di penjara terpencil di Siberia.

Di penjara Janusz bertemu Khabarov, aktor yang dipenjara hanya karena terlalu simpatik saat berperan sebagai bangsawan. Dengan kondisi penjara yang tak karuan ditambah kerinduan dan ketakutan sang istri menjadi bulan-bulanan tentara Stalin, Janusz berkeinginan untuk kabur dari penjara. Niat itu didukung Khabarov yang memberi petunjuk Janusz sebaiknya mereka ke Mongolia di selatan melalui Danau Baikal. Sepengetahuan Khabarov, Mongolia aman dari jajahan Stalin. Sejumlah tahanan yang berasal dari berbagai negara dengan karakternya masing-masing sepakat untuk kabur bersama Janusz. Namun Khabarov sebagai pengusul utama tidak ikut karena menurutnya persiapannya tidak memadai. Akan mati konyol katanya kalau kabur tanpa persiapan.

Janusz dan enam rekannya yang lain kabur di suatu malam memanfaatkan momen badai salju yang bisa menghapus jejak mereka. Mereka lari lintas hutan dan hanya tersisa 6 orang saja karena salah satu tahanan mati kedinginan tak tahan menghadapi badai salju. Dengan berjalan kaki mereka melanjutkan menyusuri hutan. Tentu saja banyak terjadi krisis di tengan perjalanan, dan yang utama adalah makanan dan stress yang mulai melanda para pelarian itu. Danau Baikal yang menjadi acuan perjalanan pertama mereka tak kunjung ditemukan. Namun dengan penuh perjuangan mereka bisa mencapai Danau Baikal. Di sana rombongan bertambah satu orang wanita bernama Irene. Dia yatim piatu yang ingin melarikan diri dari Rusia juga. Sempat ditolak karena takut akan menghambat perjalanan, Irene akhirnya diterima sebagai bagian dari rombongan.

Jauh-jauh melintasi hutan dengan berbagai rintangan ternyata sesampainya di Mongolia daerah itu juga sudah dikuasai Stalin. Itu di luar rencana mereka. Sempat bimbang mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju India. Sebuah perjalanan lanjutan yang amat sangat sulit karena dua rintangan besar berlawanan siap menghadang, Gurun Gobi yang kering dan Pegunungan Hilamaya yang dingin. Di sini ketahanan fisik dan mental mereka diuji. Pada akhirnya tidak semua rombongan bisa sukses dalam perjalanan ini. Banyak yang kalah dengan alam. Hanya 4 orang saja yang tersisa dan hanya 3 orang yang sampai India.

Film ini boleh saya katakan luar biasa. Kita dibawa untuk turut merasakan betapa beratnya perjalanan lintas alam ini. Sutradara dan kawan-kawan berhasil mengeksplorasi ganasnya alam dengan baik. Salut untuk visi sutradara dan kameramen yang berhasil memvisualkan alam sepanjang Siberia-India dengan sangat amat bagus. Konflik yang paling kena menurut saya saat di Gurun Gobi. Banyak sekali konflik psikis yang terjadi di sini. Bahkan dari awal ketika hendak menyeberangi Gurun Gobi konflik psikis itu sudah mulai muncul karena ada keraguan bisakah mereka melintasi gurun itu. Saat menemukan sumur dan harus pergi konflik psikis juga terjadi lagi karena untuk apa pergi ke ketidakpastian atau menjemput ajal sementara di sini ada sumur yang bisa memelihara hidup mereka. Namun konflik yang terberat tentu ketika satu per satu anggota harus mati karena tumbang menghadapi keganasan alam.

Di satu sisi eksplorasi susahnya para pelarian itu memang menghadirkan epik yang luar biasa, namun sebagai akibat ada elemen penting yang menjadi tak tergali di sini. Apa itu? Karakter pemain. Praktis kita hanya tahu siapa para pelarian itu dan dari mana mereka berasal. Tidak ada info lebih selain itu. Akibatnya ada yang mengatakan film ini kering secara emosi. Penonton tidak dibawa untuk menjadi bagian dari mereka yang lari itu melainkan hanya sebagai penonton untuk merasakan apa yang mereka rasakan.
Saya pribadi agak sependapat dengan itu, namun dengan bahasa yang lain yaitu kedalaman karakter pemain. Mungkin ketidakdapatan emosi itu karena saking banyaknya karakter yang ikut dalam pelarian ini. Total ada 8 orang. Jika harus memberikan sentuhan emosi pada masing-masing mereka tentu akan menjadi sangat panjang. Itu kenapa praktis hanya Janusz yang menjadi fokus, yang karakternya paling dalam diketahui. Tentang banyaknya karakter itu sebenarnya juga satu titik lemah yang lain. Saya yakin selain Janusz, Mr, Smith dan Irene, karakter yang lain namanya tidak dihapal oleh para penonton. Saya pribadi hanya tahu Janusz yang selamat sampai India. Dua orang yang lain entah siapa namanya. Karakter-karakter selain Janusz seolah hanya tempelan saja. Padahal sebenarnya mereka semua setara.

Kemudian ada satu yang sayang luput dari sutradara maupun editor. Tidak disebutkan perjalanan panjang itu dimulai dari kapan dan berakhir kapan. Memang secara visual kita diperlihatkan lamanya perjalanan dengan misalnya jenggot yang tumbuh luar biasa lebat dan rambut yang gundul sampai tumbuh cukup panjang. Namun menurut saya ada baiknya penonton diberitahu berapa lama perjalanan itu. Toh di ending juga disebutkan tahun ketika komunisme hilang dari Polandia dan Janusz pulang ke rumahnya. Untuk kesempurnaan…hihihi...
Description: D:\universitas\Auditing_Information_Systems_Second_Edition\Dokumen Kuliahan SEM 1,3,5,2,4\KI_temp\Alkaf Review – The Way Back (2011)  Epik yang Luar Biasa « Alkaf Movie_files\b.gif
Namun overall itu hanya sedikit cacat kecil saja. Secara keseluruhan film ini sangat bagus dan direkomendasikan. Seperti yang dikatakan Joe Bendel dari The Epoch Times, “The Way Back” mungkin kisah sulitnya kehidupan di antara berbagai elemen, tetapi sebenarnya merupakan bagian dari tragedi buatan manusia yang lebih besar. Weir sang produser, sangat mampu mengungkapkan rumah menjadi titik akhir yang menggugah. Film ini dibuat dengan sangat halus, drama manusia yang emosional dan layak dipertimbangkan memperoleh penghargaan.
Share

0 komentar: