Kamis, 22 Desember 2011

OM HANUNG.....


TANDA TANYA

HANUNG Bramantyo sepertinya sedang beranjak menjadi sutradara film relijius. Seingat saya ada Ayat-Ayat Cinta, Perempuan Berkalung Sorban, dan terakhir Sang Pencerah, semuanya bertemakan religi. Salah? Tentu tidak karena kekuatan Hanung dalam membuat film religi, walaupun berbasis agama tertentu, bisa diterima oleh semua kalangan. Kedalaman cerita, pesan dan universalitas nilai agama serta kemampuan untuk menyajikan persoalan tanpa kesan menggurui menjadi poin plus Hanung yang bahkan membuat umat agama lain tak keberatan ikut menikmati film-filmnya.

Kali ini lewat Tanda Tanya (judul asli ‘?’, namun untuk lebih mudah untuk dituturkan saya tulis ‘Tanda Tanya’ -red) walaupun masih bertemakan religi, Hanung mulai naik tingkat lagi dengan tidak hanya memberikan kisah berbasis agama Islam saja. Ada 3 agama yang dituturkan disini: Islam, Kristen dan Kong Hu Chu. Dengan bertemakan toleransi kisah ini berceritakan tentang 3 keluarga yang berbeda di satu lingkungan di Semarang. Mereka adalah keluarga Tan Kat Sun (Hengky Sulaiman) yang Kong Hu Chu, keluarga Soleh (Reza Rahardian) dan Menuk (Revalina S. Temat) yang Islam serta Rika (Endhita) yang Katholik.


Tan Kat Sun mempunyai usaha restoran China. Dia sangat toleran terhadap perbedaan agama para karyawannya, termasuk Menuk. Toleransinya itu juga termasuk dengan memisahkan segala proses masak dan penyajian makanan yang mengandung babi. Tan Kat Sun ini punya anak bernama Hendra (Rio Dewanto) yang ternyata dulu mantan pacar Menuk. Mereka putus karena perbedaan agama. Karena Menuk dan Hendra cukup sering bertemu, Soleh suami Menuk sering cemburu. Apalagi kondisi Soleh yang pengangguran membuatnya sering merasa rendah diri di hadapan Menuk. Percecokan diantara pasangan itu menjadi sangat sering terjadi. Menuk mempunyai sahabat bernama Rika, janda yang dicerai gara-gara suaminya berpoligami. Peceraian itu sedikit banyak mengakibatkan Menuk pindah agama menjadi Katholik. Anaknya yang masih SD tidak terima dengan keputusan ibunya itu yang akhirnya juga sering menimbulkan konflik ringan ibu-anak. Konflik yang lebih berat justru pada resistensi lingkungan atas keputusan pindah agamanya itu. Beruntung ada Surya (Agus Kuncoro), aktor kelas teri yang numpang tinggal di Mushala yang tampaknya sedikit ada rasa pada Rika.


Bingung dengan cerita yang tampak terlalu banyak karakter itu? Semoga tidak. Memang banyak sekali karakter yang terlibat di sini. Semuanya mempunyai proporsi cerita yang cukup setara. Jadi kalau misalnya anda tanya siapa pemeran utamanya ya mereka semua itu pemeran utamanya. Semua karakter itu dibungkus dalam satu paket cerita yang pada akhirnya menunjukkan kepada kita apa itu arti toleransi umat beragama. Yang sudah saya tulis di paragraf sebelumnya belum masuk cerita karena itu baru pengenalan karakter. Cerita di film ini lebih dari itu dan sedikit lebih kompleks.

Banyaknya karakter itu memang menghadirkan resiko tersendiri. Butuh waktu lebih dari setengah jam untuk memastikan semua karakter yang ada dapat diterima dan dicerna penonton. Akibatnya setengah jam pertama jalannya film menjadi cukup lambat dan cenderung membosankan. Saya pribadi baru merasa jalan cerita menjadi lebih greng *halah* ketika Surya yang Islam itu harus berperan menjadi Yesus di misa Paskah. Konfliknya mulai terasa. Begitu juga konflik tokoh lain setelahnya. Puncaknya ya saat Soleh yang akhirnya menjadi anggota Banser menyerang restoran Tan Kat Sun dan dilanjutkan saat Soleh menjaga keamanan malam Natal di sebuah gereja. Ini menjadi puncak dari cerita yang sayangnya di-eksekusi dengan sangat jelek. Sebenarnya klimaks yang diangkat dari kisah nyata anggota Banser ini sangat dramatis dan menyentuh, cuma ya itu eksekusi-nya jelek. Sangat maksa dan kurang masuk akal. Penonton yang bareng saya saja sampai geregetan. Untungnya pesan yang ingin disampaikan tetap bisa tersampaikan. Apa dan bagimana? Silahkan tonton sendiri. Saya tak tega untuk menyebar spoiler.

Secara keseluruhan saya sangat puas dengan film ini. Jauh lebih puas daripada film Hanung sebelumnya, Sang Pencerah, yang kurang jelas fokusnya ke mana. Cerita film Tanda Tanya ini sangat dalam. Memberikan perspektif baru pada kita tentang apa itu toleransi antar umat beragama. Tidak usah jauh-jauh dengan tetangga yang berbeda agama, dengan kerabat atau teman dekat saja. Kedekatan emosi itu kadang membuat toleransi jadi jauh lebih sulit. Namun sesulit apapun pasti bisa karena secara naluriah sikap toleran itu ada di setiap manusia. Ketidaktoleranan yang nyata hadir seringkali lebih karena masalah lain, bukan semata agama. Contohnya antara Soleh-Hendri, antara Islam-Kong Hu Chu, yang ternyata lebih karena cemburu. Atau saat Soleh dan kawan-kawan menyerang restoran Tan Kat Sun yang lebih bermotif ekonomi daripada konflik agama.


Tentang para pemeran di film ini, kecuali Endhita yang emosi dan ekspresinya kurang tereksplor, dalam-pandangan-saya-yang-awam-ini mereka sangat kuat memerankan karakternya masing-masing. Yang paling kuat tentu saja Reza Rahardian yang berperan sebagai Soleh. Orang ini saat main film dan FTV benar-benar seperti berubah. Saat main film aktingnya sangat baik. Aktingnya natural dan penjiwaannya dapat. Beda jauh dengan saat di FTV yang cenderung setengah hati. Mungkin memang passion Reza lebih di film. Semoga Reza bisa mempertahankan kualitasnya dan selektif pilih peran. Jangan seperti Lukman Sardi yang terlalu banyak mengambil peran di berbagai film. Aktingnya memang kuat dan berkualitas, tapi kalau terlalu sering tampil penonton kan bosan juga.

Terakhir ada satu lagi komentar saya tentang Banser (Barisan Anshor Serbaguna). Memang ada kesalahan elementer saat Hanung mengisahkan Soleh bekerja sebagi Banser. Banser bukan pekerjaan karena itu salah satu bagian dari unit kepemudaan ormas. Ibaratnya sama seperti pramukalah, sejak kapan ada orang ikut pramuka dibayar. Sangat wajar kalau pimpinan Banser menyatakan keberatannya atas penggambaran Banser di Tanda Tanya. Hanya saja menurut saya itu cuma fragmen kecil dari sebuah cerita, tak perlu diperpanjang. Namanya juga film. Toh pencitraan positif dari Banser juga sangat kuat di sini.
Share

0 komentar: